The main cause of infant mortality is Low Birth Weight (LBW). Basd on data obtained from the West Sumatra Provincial Health Office in 2015, from 1376 case of 92.444 babies weighed, and there were 2,066 (2.2%) LBW in 2014. Growth and development of the fetus need vitamin D for cell and bone growth. The design of this study is cross sectional and conducted in Tanah Datar District in the working area of Puskesmas Simabur, Puskesmas Lima Kaum I, and in Puskesmas Lima Kaum II and Solok District in the working area of Puskesmas Talang, Puskesmas Gaek Jua and Puskesmas Tanjung Bingkung from January 2017 to March 2018. The study population was third trimester pregnant women with a population of 60 respondents, by multistage random sampling. Examination of vitamin D levels by ELISA method. Data were analyzed by univariate and bivariate with normality test. The result of this study that level are the average vitamin D content of 25.44 ± 10.49 pg / ml and the median weight of the baby born is 3000 gram. There was a positive relationship between vitamin D levels in pregnant women with birth weight (r = 0,463), (p < 0,05). The conclusion of this research is that there is a significant association between vitamin D levels in pregnant women with infants born weight in West Sumatra.
Kehamilan merupakan periode fisiologis-spesifik yang mana selama periode ini, kebutuhan zat gizi meningkat. Sebanyak 50-70% ibu hamil mengalami mual dan muntah terus menerus, berdampak pada kurang maksimalnya pemberian asupan gizi bagi ibu dan bayi. Keberlanjutan kondisi ibu dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh yang berdampak pada status hidrasi ibu. Penelitian bertujuan menganalisis hubungan karakteristik, sosial-ekonomi, status gizi, asupan gizi dan air dengan status hidrasi. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional, dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Subjek penelitian ini adalah ibu hamil trimester kedua, memeriksakan kehamilan di tempat penelitian berjumlah 107 subjek. Uji t-test independent dan chi-square digunakan untuk menganalisis data. Subjek dibagi ke dalam dua kelompok berdasarkan status hidrasi dari nilai osmolalitas urin; normal dan hipohidrasi. Nilai rerata osmolalitas urin pada kelompok hipohidrasi dan normal, adalah 838.78±172.35 mOsm/Kg dan 268.05±116.64 mOsm/Kg. Karakteristik subjek (umur, umur kehamilan, berat badan, tinggi badan, status gizi sebelum hamil, lingkar lengan atas, lingkar pinggang, lingkar panggul, tekanan darah) tidak terdapat perbedaan di antara dua kelompok (p?0.05). Tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, pengeluaran rumah tangga, dan pengetahuan ibu (p?0.05). Terdapat perbedaan asupan energi, karbohidrat, dan zinc di dua kelompok (p<0.05), tetapi tidak menemukan perbedaan asupan (protein, lemak, kalsium, zat besi, asam folat) dan air di dua kelompok (p?0.05). Namun demikian, ibu harus tetap memerhatikan asupan zat gizi dan air untuk mendukung tumbuh kembang janin
The study aimed to analyse both the prevalence and risk factors for iron deficiency in undernourished children aged 6-23 months in Aceh. A cross-sectional study design was applied on 154 underweight children selected through a cluster sampling. Ferritin serum was analysed using the the enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), haemoglobin level using the cyanmethaemoglobin, socio-demographic and food frequency data were collected by interviews. Data on iron intake, dietary diversity and nutrient density were assesed by the repeated 24 hours recall method for three days. The results showed that 27.3% of children suffered from iron deficiency (ID), 50.7% was anaemic and 19.7% suffered from iron deficiency anaemia (IDA). Only 37.7% of children had received exclusive breast milk, 45.5% were given timely introduction of complementary feeding, 33.1% met the minimum meal frequency, 28.6% met dietary diversity, and 23.4% met the criteria for acceptable diet, 33.1% had iron intake from complementary feeding >40% RDA and 24.7% had enough iron density. Age, breastfeeding status and mother’s occupation were significantly associated with the occurrence of ID where children aged 12-23 months were at lower risk than those aged 6-11 months (OR=0.28; 95%CI:0.09-0.83), while children who were not breastfed had 11.33 times higher risk of suffering from ID (OR=11.33; 95%CI:1.38-93.39). Working mothers had 8.29 higher risk of having children with ID (OR=8.29; 95%CI:1.71-40.08). The prevalence of ID in undernourished children was very high, thus it is necessary to improve the quality of breastfeeding and complementary feeding practicess as well as other interventions integrated into reducing malnutrition and iron deficiency to accelerate prevention of malnutrition in children.
Defisiensi atau insufisiensi vitamin D termasuk masalah kesehatan masyarakat yang global. Status vitamin D dalam kehamilan mempunyai peran penting terhadap kesehatan ibu dan janin. Selain peran klasiknya dalam metabolisme tulang dan mineral dalam tubuh, vitamin D dan gen Vitamin D Receptor (VDR) juga mempunyai peran penting lain terkait sebagai penstimulasi proliferasi dan diferensiasi kurang lebih 200-300 gen. Hal tersebut banyak mempunyai peran dalam perkembangan janin, membuat vitamin D penting untuk diperhatikan saat kehamilan. Tujuan tinjauan pustaka ini untuk memaparkan lebih bagaimana implikasi terkait vitamin D pada status kesehatan ibu hamil dan janinnya. Banyak penelitian terkait stasus 25 (OH) D serum dihubungkan dengan outcome. Kehamilan seperti reeklampsia (PE), Gestasional Diabet Mellitus (GDM), proses kelahiran ceasar, kesehatan tulang, kelahiran prematur, pertumbuhan janin terhambat, kecil masa kehamilan, dan berat badan lahir rendah (BBLR). Peningkatan kebututhan vitamin B meningkat saat kelahiran dibanding biasanya. Oleha karena itu, direkomendasikan suplementasi vitamin D untuk ibu hamil yang defisiensi, yang dosis aman dan efektifnya mencapai 4000 IU/hari. Sumber vitamin D yang paling efektif adalah paparan sinar matahari UVB (90%) dan sumber makanan vitamin D (10%). Faktor penentu utama yang memengaruhi status vitamin D adalah gaya hidup, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap paparan sinar matahari (pemakaian tabir surya, pemakaian baju, letak geografis, sunscreens) dan rendahnya asupan makanan yang mengandung vitamin D. Oleh karena itu, pada perempuan yang menjalani pelayanan antenatal pertama dianjurkan untuk diberi informasi terkait pentingnya peran vitamin D saat kehamilan untuk kesehatan ibu dan bayinya.